Jangan Asal Menghitung Berat Badan Ideal: Ada Rumusnya!

by Justin Sutanto
0 comment
Cara menghitung berat badan ideal dengan menggunakan alat dan rumus

Beberapa orang penasaran apakah mereka terlalu gemuk atau kurus. Berapakah berat badan ideal yang harus dimiliki seseorang? Sebenarnya tidak ada angka yang absolut dalam menentukan berat badan seseorang dikarenakan terdapat banyak faktor untuk menentukan berat badan ideal. Contohnya, umur, perbandingan otot-lemak, tinggi, jenis kelamin, persebaran lemak dalam tubuh, dan bentuk tubuh. Namun, kamu juga dapat menghitung berat badan ideal. 

Baca juga: Kok, Susah Kurus? Ini lho, Denyut Jantung Pembakar Lemak!

Ada Beberapa Metode Untuk Menghitung Berat Badan Ideal Seseorang

Ilustrasi seseorang sedang menghitung berat badan ideal

1. BMI

Metode yang paling popular untuk adalah BMI. Ahli gizi telah lama menggunakan BMI (body mass index) selama lebih dari 100 tahun untuk menentukan apakah seseorang terlalu gemuk atau kurus. Metode ini digunakan dengan menggunakan berat tubuh dan tinggi mereka. Bukan hanya ahli gizi, bahkan peneliti, dokter, trainer pribadi, dan profesi lainnya juga menggunakan metode ini. 

BMI dibuat oleh seorang ahli matematika Belgia bernama Lambert Adolphe Jacques Quetelet dengan menggunakan rumus matematika yang simpel. Caranya adalah dengan menghitung berat tubuh (kg) dibagi tinggi (m). Berikut adalah angka yang sudah ditetapkan untuk menentukan berat badan ideal:

Angka BMI 18,5 tergolong di bawah berat badan ideal

Angka BMI 18,5 – 24,9 tergolong ideal

Angka BMI 25 – 29,9 tergolong di atas berat badan ideal

Angka BMI di atas 29,9 tergolong obesitas. 

BMI memiliki kekurangan karena tidak mempertimbangkan perbandingan pinggang dan pinggul, proporsi distribusi lemak, dan otot. Contohnya, meskipun seorang atlet olahraga memiliki angka BMI yang tinggi, namun mereka tidak tergolong obesitas dikarenakan mereka memiliki jumlah massa otot yang lebih besar dari lemak.

BMI dapat memberikan gambaran apakah berat seseorang sehat atau tidak. Namun, kamu tidak dapat bergantung sepenuhnya pada metode ini dikarenakan metode ini memiliki kekurangan.

2. WHR

Jika kamu tidak yakin dengan metode BMI, kamu bisa menambahkan metode rasio pinggang ke pinggul. Bahkan beberapa ahli berargumen bahwa metode ini lebih akurat daripada BMI dan dapat memprediksi kesehatan metabolisme jantung.

Untuk meningkatkan kesehatan dan memperpanjang usia, ahli mengatakan bahwa seseorang harus mengukur lingkar pinggang mereka. Seseorang yang mempunyai banyak lemak di daerah perut memiliki resiko terkena penyakit jantung dan metabolisme. Riset menunjukan orang yang memiliki banyak lemak di daerah perut memiliki resiko penyakit jantung dan diabetes. Semakin tinggi perbandingan antara lingkar pinggang dan pinggul, semakin tinggi resikonya. Hal ini dikarenakan lemak tersebut memberi dampak buruk ke hati, jantung, dan ginjal. Sedangkan lemak di daerah pinggul dan paha tidak terlalu berbahaya. 

Perbandingan pinggang ke pinggul penting untuk menghitung berat badan ideal seseorang. 

Bagaimana Cara Mengukurnya? 

  • Ukurlah lingkaran pinggang, biasanya terletak di bawah pusar. Lalu ukurlah lingkar pinggul.
  • Lakukan pembagian antara lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Contoh jika lingkar pinggang sebesar 70 cm, dan lingkar pinggul sebesar 90 cm, hasil yang diperoleh adalah 70 / 90 = 0,77

Untuk Mengukur Resiko Terkena Penyakit Jantung,

Pada Pria :
  • Dibawah 0,9 : resiko rendah terkena penyakit jantung
  • Antara 0,9 – 0,99 : resiko sedang terkena penyakit jantung
  • Antara 1,0 ke atas : resiko tinggi terkena penyakit jantung
Pada Wanita:
  • Dibawah 0,8 = resiko rendah terkena penyakit jantung
  • Antara 0,8 – 0,89 = resiko sedang terkena penyakit jantung
  • Di atas 0,9 = resiko tinggi terkena penyakit jantung

WHR bagus untuk memprediksi kesehatan jantung atau penyakit lainnya dibandingkan BMI karena BMI tidak memperhitungkan distribusi lemak. Orang yang memiliki angka WHR rendah memiliki resiko lebih tinggi mendapat komplikasi saat melakukan operasi medis. Kekurangan dari metode WHR adalah tidak memperhitungkan perbandingan antara lemak atau otot.

3. Rasio Weight To Height

Metode ke-3 adalah memperhitungkan perbandingan antara pinggang dan tinggi seseorang. Metode ini juga dapat memprediksi resiko terkena penyakit jantung dan diabetes yang lebih efektif dari BMI. Jika seseorang memiliki ukuran lingkar pinggang sebesar setengah dari tinggi mereka, maka orang tersebut memiliki resiko rendah terkena komplikasi penyakit.

Bagaimana cara mengukur rasio pinggang-tinggi badan seseorang?

Seseorang harus membagi ukuran lingkar pinggang dengan tinggi badan mereka, jika hasil angkanya kurang dari 0,5, maka itu masih tergolong sehat. 

Seorang wanita dengan tinggi 163 cm, sebaiknya memiliki ukuran lingkar pinggang di bawah 81 cm. Seorang pria dengan tinggi 183 cm, sebaiknya memiliki ukuran lingkar pinggang di bawah 91 cm.

Pria yang memiliki ukuran lingkar pinggang di atas 100 cm, atau seorang wanita yang memiliki ukuran lingkar pinggang sebesar 90 cm, memiliki resiko yang lebih tinggi terkena diabetes tipe  2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Dan ukuran ini belum memasukkan tinggi dan ukuran pinggul seseorang. 

4. Persentase Lemak Tubuh

Persentase lemak tubuh dihitung dengan cara membagi berat lemak dengan berat tubuh keseluruhan. Lemak yang diukur termasuk kategori lemak esensial dan lemak penyimpanan.

Lemak esensial dibutuhkan untuk bertahan hidup. Lemak ini berguna untuk berbagai macam fungsi. Untuk pria, persentase lemak esensial ideal sebesar 2-4 persen. Untuk wanita, persentase lemak sebesar 10-13 persen menurut kounsel Amerika  (ACE).

Lemak penyimpanan adalah lemak untuk melindungi organ dalam di bagian dada dan perut, dan tubuh juga dapat memakai lemak ini jika membutuhkan energi.

Terlepas dari panduan yang diberikan, persentase lemak ideal tergantung dari tipe tubuh seseorang dan aktivitasnya. Jika seseorang memiliki lemak yang terlalu banyak di tubuh mereka, maka akan beresiko diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan stroke. 

Bagaimana Mengukur Lipatan Lemak?

Pengukuran lipatan lemak dilakukan menggunakan jangka sorong. Jangka sorong akan “mencubit” suatu area dalam tubuh hingga membentuk lipatan, lalu ketebalan lipatan akan diukur menggunakan jangka sorong. Hasil pengukuran akan menentukan persentase lemak dalam tubuh. 

Kamu juga perlu mengetahui letak area tubuh yang ingin diukur. Biasanya terdapat 7 area yang harus diukur, yakni trisep, bisep, dada, paha, betis, perut, di bawah belikat, dan di atas tulang pinggul. Pengukuran ini tidak dilakukan satu kali saja, melainkan berulang kali di tempat yang sama dengan cara yang sama. 

Beberapa area sulit dijangkau, jadi pengukuran harus dibantu oleh orang lain. Atau jika tidak ada yang membantu, maka kamu juga bisa melakukan pengukuran sendiri di tiga area yang dapat dijangkau.

Setelah mengukur, lalu hitunglah menggunakan rumus. Jenis rumus juga bermacam-macam tergantung dari umur dan kepadatan tulang. Atau jika tidak mau repot, kamu dapat menggunakan software di komputer yang khusus untuk mengukur lemak tubuh.  

Kesimpulan

Sekarang kamu tidak perlu ragu dan mengira-ngira apakah kamu terlalu gemuk atau kurus. Terdapat rumus dan metode yang dikembangkan oleh ahli. Untuk menghitung berat badan ideal, kamu dapat menggunakan BMI (body mass index), perbandingan / rasio WHR (waist to hip / pinggang – pinggul), perbandingan / rasio WtHR (Waist-to-height / pinggang – tinggi badan), dan persentase lemak tubuh.

Jika kamu masih ragu dan ingin hasil yang lebih akurat, maka kamu bisa menggunakan lebih dari satu metode untuk mendapatkan hasilnya.

You may also like

Leave a Comment