Di antara sekian banyak jenis diet yang ada, diet plant based merupakan salah satu yang paling populer selama beberapa tahun terakhir. Tak cuma sekadar diet dalam periode waktu tertentu, faktanya makin banyak orang di seluruh dunia yang menjadikan plant-based diet sebagai gaya hidupnya.
Baca juga: Segera Diubah! Inilah 11 Mindset Cara Diet yang Benar!
Kemunculan Gerakan Diet Plant Based
Pada 1980-an, Dr. T. Colin Campbell memperkenalkan kepada seluruh dunia mengenai konsep plant based diet. Konsep ini merujuk pada diet yang berbasis nutrisi rendah lemak, tinggi serat, dan mengutamakan sayuran sebagai bahan makanan utama. Adapun tujuan utama konsep plant based diet ini adalah murni untuk menunjang kesehatan.
Namun barangkali, peningkatan secara tajam euforia masyarakat untuk mulai mencoba konsep diet ini adalah sejak kemunculan film berjudul “The Game Changers” yang dirilis pada 2018 lalu. Film dokumenter ini mengangkat topik benefit yang diperoleh para atlet dari menerapkan plant based diet sehari-hari.
Plant Based vs Vegan

Sepintas plant based dan vegan terlihat sama. Akan tetapi, keduanya justru memiliki beberapa perbedaan mendasar.
Konsep vegan diperkenalkan jauh lebih dulu, tepatnya pada 1944 oleh Donald Watson yang merupakan seorang aktivis hak-hak hewan. Veganisme pun muncul sebagai konsep diet yang berbasis tetumbuhan atas dasar etis, bukan kesehatan seperti plant based.
Plant based pun sesungguhnya tidak sama sekali menghindari sumber hewani, sedangkan vegan memang benar-benar tidak menyentuh sumber hewani. Meski begitu, plant based tetap akan mengutamakan sumber-sumber nabati dalam pemenuhan nutrisinya sehari-hari.
Diet Plant Based dalam Film “The Game Changers“
“The Game Changers” secara terang-terangan menepis berbagai mitos mengenai diet berbasis tetumbuhan. Film yang diproduksi oleh Jackie Chan, Arnold Schwarzenegger, dan James Cameron ini menampilkan kisah para atlet yang mengubah diet mereka yang semula mengutamakan sumber hewani menjadi vegan sekaligus memberi pemahaman lebih luas mengenai manfaat dari adopsi gaya plant based.
Film ini membantah argumen ‘real man eat meat, eat meat like a man,’ yang membuat seolah-olah mengonsumsi daging membuat seseorang lebih kuat dibandingkan konsumsi sayuran. Oleh sebab itu, banyak pula atlet yang masih terobsesi dan membanggakan diet mereka dengan komposisi daging yang sangat besar demi mendapat protein yang cukup.
Kisah James Wilks, mantan atlet UFC, yang diceritakan dalam “The Game Changers” pun mengubah persepsi ini. James Wilks yang mengubah dietnya justru menemukan bahwa diet plant based mempercepat proses pemulihan cederanya.
Selain itu, masih banyak kesaksian dari atlet lain maupun para ahli yang membantah berbagai mitos tentang plant based yang masih banyak beredar. Beberapa nama besar yang ada dalam film ini antara lain Arnold Schwarzenegger, Patrik Baboumian, Dotsie Bausch, dan Morgan Mitchell.
Mitos dan Fakta Mengenai Plant Based
Sampai kini, masih banyak hal-hal salah kaprah yang melekat pada konsep plant based. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Plant Based Tidak Dapat Mencukupi Kebutuhan Protein
Terutama bagi para atlet, protein menjadi komposisi nutrisi paling penting dalam pembentukan massa otot. Oleh sebab itu, mereka berlomba-lomba mengonsumsi daging hewani untuk memenuhi kecukupan protein.
Nyatanya tidaklah selalu demikian. Studi yang disebutkan dalam dokumenter film “The Game Changers” menunjukkan bahwa rerata individu yang mengonsumsi sayuran mendapat asupan protein yang cukup. Sebaliknya, mereka yang mengonsumsi daging justru tidak sampai mendapatkan setengah dari mereka yang mengikuti plant based.
Tentunya untuk mencapai hal tersebut, seseorang harus benar-benar merencanakan kebutuhan nutrisi hariannya. Diet berbasis tetumbuhan dapat menyediakan protein yang setara atau bahkan lebih banyak dibandingkan diet yang mengandalkan protein hewani—bahkan mencukupi sembilan asam amino esensial—apabila direncanakan secara matang.
Pasalnya, kebanyakan tumbuhan memang memiliki protein yang tidak lengkap. Artinya, satu jenis tanaman tidak memiliki kandungan seluruh asam amino. Sebagai alternatifnya, pelaku plant based harus mengombinasikan satu jenis makanan dengan makanan lainnya seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan sebagainya guna memenuhi seluruh kebutuhan asam amino tersebut.
2. Minim Kandungan Vitamin B12 dan Beberapa Mineral
Tantangan lain dalam mengikuti plant based adalah memenuhi kecukupan beberapa vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh. Seperti contoh, sumber vitamin B12 dan zat besi dari tetumbuhan memang lebih terbatas dibandingkan sumber dari produk hewani.
Kendati begitu, hal ini bukannya mustahil sama sekali. Praktisi plant based tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut dengan mengonsumsi sumber nabati tertentu dengan kuantitas lebih banyak. Selain itu, dukungan dari suplemen juga bisa membantu mencukupi jumlah yang disyaratkan tubuh.
3. Meningkatkan Kejantanan
Stereotype bahwa makanan yang berasal dari tumbuhan lebih identik dengan wanita tidak semestinya dibiarkan berlarut-larut. Pasalnya, studi ilmiah telah menunjukkan hal sebaliknya.
Dr. Aaron Spitz menyebut studi ilmiah menunjukkan bahwa pria yang memakan lebih banyak daging justru lebih cepat kehilangan kejantanan alias manly manhood-nya. Adapun studi yang dimaksud dilakukan pada tiga responden pria.
Ketiga responden tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 8% dalam kekerasan ereksi setelah mengonsumsi makanan nabati. Tak berhenti di situ, durasi berlangsungnya ereksi juga mengalami peningkatan yang signifikan, yakni 300-500% dibandingkan saat mereka makan makanan berbasis daging hewan.
Beberapa penelitian yang berbeda juga turut mendukung hal ini. Seperti misal, sejumlah studi menemukan bahwa pria yang melakukan diet plant based mempunyai kadar testosteron 10% lebih tinggi dibandingkan pria yang mengonsumsi daging. Selain itu, beberapa jenis buah dan sayur juga membantu meningkatkan sirkulasi darah ke area genital.
4. Menurunkan Risiko Penyakit Kardiovaskular
film “The Game Changers” berkali-kali mendiskusikan mengenai efek positif dari gaya hidup plant based terutama perihal kardiovaskular. Film ini menyebut bahwa diet plant based membantu mengontrol kadar kolesterol serta menjaga kesehatan jantung.
Pernyataan tersebut merupakan fakta. Bahkan sudah sejak lama, diet yang menitikberatkan pada sumber nabati terbukti menurunkan kadar kolesterol total tubuh.
Namun, asupan yang masuk juga harus diperhatikan keseimbangannya. Kekurangan beberapa nutrisi tetap berisiko menimbulkan kondisi kesehatan yang serius. Oleh karena itu, menyiapkan dengan matang rencana diet haruslah dilakukan sedari awal.
5. Plant Based Mahal
Anggapan bahwa plant based membutuhkan biaya mahal masih banyak beredar. Salah kaprah ini tentu harus segera diluruskan agar tidak membiarkan pemikiran yang salah terus berkembang dan membuat orang justru enggan untuk mencoba.
Pada dasarnya, plant based berfokus untuk meminimalkan processed food. Maka dari itu, jika tolak ukur kamu adalah berbagai vegan dessert atau beberapa makanan yang bukan esensial lainnya, maka pandangan tersebut perlu diubah.
Beberapa jenis bahan mungkin memang relatif sulit diperoleh (apalagi karena tidak dapat tumbuh di Indonesia) sehingga untuk mendapatkannya kamu harus membayar sedikit lebih mahal seperti beberapa jenis biji-bijian. Namun, alternatif lainnya juga lebih banyak, seperti aneka buah-buahan, sayuran, hingga bahan-bahan sarat protein seperti tahu, tempe, dan jamur.
Sebagai orang yang telah mengikuti diet plant based sejak 2019, saya menemukan banyak keuntungan sebagaimana yang juga dipaparkan dalam ulasan ini maupun film “The Game Changers” secara umum. Di samping badan yang terasa lebih ringan, bertenaga, dan tidak mengalami perubahan berat badan yang signifikan, plant based diet turut menjaga kesehatan tubuh saya secara menyeluruh.